Jika merasa terbentur kesendirian maka langkahkan kakimu ke luar
Lihat lah yang menunggumu di sana
Lihat lah yang menunggumu di sana
Tanggal 29 Juni 2010 aku menemukan diriku dalam perjalanan ke Yokohama, demi mengembalikan buku yang kupinjam dari seorang teman yang menjadi mahasiswa pertukaran di Universitas Ferish.
Yokohama, tempat yang semula tak terbayangkan, aku akan ke sana sendirian karena aku tak punya siapa-siapa di Tokyo yang bisa menemaniku ke sana. Tapi pada kenyataannya aku melawan keengganan akan kesendirian itu, dengan memaksa kaki ini berjalan dan menyimpan sejuta harapan akan mendpat banyak ilmu baru di kota itu, lebih dari yang kudapat di Tokyo.
Perjalanan ke Yokohama menempuh waktu satu setengah jam dengan naik kereta dan ditambah jalan kaki.
→ 16:05着
Dalam perjalanan aku tak bisa tenang, seperti biasa kalau aku bepergian sendirian. Namun di hatiku selalu ada harapan-harapan indah di tempat yang kutuju itu, karena kuyakin tak ada perjuangan yang sia-sia.
Di stasiun Yamato, aku harus pindah ke Sotetsu Line, aku tak tahu kalau bisa kutemukan di dalam stasiun itu juga, aku pun bertanya pada sahabatku lewat email, juga bertanya pada petugas stasiun. Dan hasilnya untuk ke sekian kali aku menanyakan hal yang sudah jelas di depan mata.
Naik Sotetsu Line menuju Ryokuen Toshi, stasiun yang dekat dengan Universitas Wanita Ferish. Dalam beberapa menit aku tiba di stasiun itu. Sembari menunggu teman aku melihat-lihat mal di dekat situ. Jika dibandingkan dengan Tokyo, tempat itu sangatlah kecil dan tak menjual banyak barang menarik seperti mal di Tokyo. tapi yang membuat terasa lain adalah mal ini terletak di kota kecil yang jauh dari dunia metropolitan, jadi bagaimanapun pasti memiliki arti khusus bagi penduduk sekitar mal itu.
Temanku akhirnya datang menjemputku. Kami duduk-duduk mengobrol di depan panggung terbuka tempat mahasiswi Ferish mengadakan orkes kecil-kecil an. Saat itu sedang diadakan perayaan ulang tahun kota Ryokuen (kalau tidak salah), jadi warga berkumpul di situ dan ada banyak penjual makanan.
Kami disapa oleh seorang wanita yang ternyata orang Indonesia juga. Dia tinggal di dekat situ, suaminya seorang Jepang, dan anaknya sudah empat. Aku dan temanku sangat senang bisa bertemu dengan orang senegara, kami mengobrol hingga waktu memisahkan.
Aku dan temanku kemudian ke Ferish, menuju perpustakaan demi keinginanku menemukan sumber informasi untuk skripsi. Temanku yang baik membawaku berkeliling perpustakaan itu, dan mencarikan yang kubutuhkan. Kutemukan sebuah buku tentang sastra Okinawa dan temanku bersedia meminjamkan untukku.
Temanku juga mengenalkan aku pada Uchida Sensei, dosen IT di Ferish yang telah banyak membantunya selama ini. Uchida Sensei memiliki putri yang sangat manis, kelas lima SD bernama Hikari, sama dengan nama putri dari temanku, sebuah kebetulan yang menghubungkan takdir. Setelah sempat berfoto dengan kamera polaroid milik Sensei dan bermain bersama Hiko-Chan (panggilan Hikari), aku dan temanku menuju asrama tempat tinggal mahasiswa Ferish.
Teman Sekamar temanku, seorang Taiwan bernama Kou, mahasiswi Sastra Jepang S2 yang sangat ramah. Dia ingin tahu tentang islam, dan temanku menjelaskan dengan senang hati. Yang menjadi perhatiannya adalah hal tentang daging babi yang diharamkan umat islam. Sahabatku memberinya sebuah buku tentang itu dalam bahasa Jepang, dan ia pun paham. Rasanya senang melihat ada orang asing yang mengagumi agama ini.
Aku, temanku, dan Kou, setelah makan malam ala Indonesia yang menyenangkan (pecel, ikan balado dimakan dengan tangan) pergi berjalan-jalan ke toko dekat asrama untuk mencari keperluan menyimpan soft lense yang kubutuhkan. Sebenarnya aku tak ingin menginap, tapi temanku dan Kou meminta, jadi dengan senang hati aku menginap.
Kami berjalan ke toko yang menjual makanan hewan, dan menertawakan banyak hal di sana. Mulai dari kue untuk anjing, air mineral, sampai wine untuk anjing. Tak habis pikir mengapa orang Jepang sangat menyayangi anjing sampai mau menguras kocek untuk hal-hal semacam ini, dan anjing tidak lagi disebut "Wan chan" karena kelucuannya, melainkan "O inu Sama" atau dalam bahasa Indonesia, "Yang Mulia Anjing" melihat kebnutuhannya yang lebih mewah dibanding manusia. (istilah ini dari Uchida Sensei)
Kami melihat-lihat kosmetik di toko yang ada tepat di bawah gedung asrama, bertanya ini dan itu tentang kosmetik Jepang pada Kou. Aku membeli keperluan, selain softlense juga make up dengan arahan dari Kou. Saat akan pulang ke asrama, kami bertemu dengan You, mahasiswi pertukaran dari Cina, dan kamu pun pulang bersama.
Kou sangat baik, kami disuguhi teh Taiwan yang berupa biji-bijian yang cukup diseduh dengan air, dan kue-kue, lalu menanyakan apa saja yang kubutuhkan, dan meminjamkan hair dryer padaku.
Kusyukuri pertemuan ini, sungguh tak akan pernah kulupakan orang sebaik Uchida Sensei, Kou, dan temanku.
Esoknya, seorang teman lagi datang ke kamar temanku, dia sekelas dengan temanku ini di universitas Gadjah Mada, kami makan bersama, juga Kou. Lalu aku harus pamit pulang, dan bertiga, aku dan dua temanku menuju ke stasiun Minami Makigahara.
Kami mampir ke Hard Off, tempat menjual barang bekas, apa saja bisa kau temukan di sana dengan kondisi dan harga bervariasi. Aku tertarik dengan sebuah piano seharga dua man yen alias dua juta rupiah, aku ingin membelinya, namun tak tahu bagaimana nanti membawanya pulang. Kami mengerumuni keranjang boneka bekas yang menjual boneka murah yang kelihatannya masih baru, temanku membeli beberapa, dan aku dibelikan satu boneka Snoopy yang lucu.
Sangat menyenangkan perjalananku ke Yokohama. Aku mendapatkan teman baru dan kehangatan.
Yokohama, tempat yang semula tak terbayangkan, aku akan ke sana sendirian karena aku tak punya siapa-siapa di Tokyo yang bisa menemaniku ke sana. Tapi pada kenyataannya aku melawan keengganan akan kesendirian itu, dengan memaksa kaki ini berjalan dan menyimpan sejuta harapan akan mendpat banyak ilmu baru di kota itu, lebih dari yang kudapat di Tokyo.
Perjalanan ke Yokohama menempuh waktu satu setengah jam dengan naik kereta dan ditambah jalan kaki.
→ 16:05着
- 所要時間
- 1時間1分
- 乗車時間
- 43分
- 乗換
- 3回
- 総額
- 540円
- 距離
- 36.0km
経路 | 乗車位置 | 運賃 | 指定席/料金 | 距離 | ||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
小田急多摩センター | 2番線発 | 時刻表出口地図構内図 | ||||||
15:04-15:16 12分 | 小田急多摩線(新百合ヶ丘行) | 中前・後 | 330円 | 9.1km | ||||
(4分) | 新百合ヶ丘 | 時刻表出口地図構内図 | ||||||
15:20-15:31 11分 | 小田急線快速急行(藤沢行) | ↓ | 10.8km | |||||
(0分) | 相模大野 ≪直通≫ | 1番線発 | 時刻表出口地図構内図 | |||||
15:31-15:39 8分 | 小田急江ノ島線快速急行(藤沢行) | やや後 | ↓ | 7.6km | ||||
(4分) | 大和 | 2番線発 | 時刻表出口地図構内図 | |||||
15:43-15:53 10分 | 相模鉄道急行(横浜行) | 前・中 | 210円 | 6.9km | ||||
(10分) | 二俣川 | 時刻表出口地図構内図 | ||||||
16:03-16:05 2分 | 相模鉄道(湘南台行) | ↓ | 1.6km | |||||
南万騎が原 | 1番線着 | 出口地図構内図 |
Di stasiun Yamato, aku harus pindah ke Sotetsu Line, aku tak tahu kalau bisa kutemukan di dalam stasiun itu juga, aku pun bertanya pada sahabatku lewat email, juga bertanya pada petugas stasiun. Dan hasilnya untuk ke sekian kali aku menanyakan hal yang sudah jelas di depan mata.
Naik Sotetsu Line menuju Ryokuen Toshi, stasiun yang dekat dengan Universitas Wanita Ferish. Dalam beberapa menit aku tiba di stasiun itu. Sembari menunggu teman aku melihat-lihat mal di dekat situ. Jika dibandingkan dengan Tokyo, tempat itu sangatlah kecil dan tak menjual banyak barang menarik seperti mal di Tokyo. tapi yang membuat terasa lain adalah mal ini terletak di kota kecil yang jauh dari dunia metropolitan, jadi bagaimanapun pasti memiliki arti khusus bagi penduduk sekitar mal itu.
Temanku akhirnya datang menjemputku. Kami duduk-duduk mengobrol di depan panggung terbuka tempat mahasiswi Ferish mengadakan orkes kecil-kecil an. Saat itu sedang diadakan perayaan ulang tahun kota Ryokuen (kalau tidak salah), jadi warga berkumpul di situ dan ada banyak penjual makanan.
Kami disapa oleh seorang wanita yang ternyata orang Indonesia juga. Dia tinggal di dekat situ, suaminya seorang Jepang, dan anaknya sudah empat. Aku dan temanku sangat senang bisa bertemu dengan orang senegara, kami mengobrol hingga waktu memisahkan.
Aku dan temanku kemudian ke Ferish, menuju perpustakaan demi keinginanku menemukan sumber informasi untuk skripsi. Temanku yang baik membawaku berkeliling perpustakaan itu, dan mencarikan yang kubutuhkan. Kutemukan sebuah buku tentang sastra Okinawa dan temanku bersedia meminjamkan untukku.
Temanku juga mengenalkan aku pada Uchida Sensei, dosen IT di Ferish yang telah banyak membantunya selama ini. Uchida Sensei memiliki putri yang sangat manis, kelas lima SD bernama Hikari, sama dengan nama putri dari temanku, sebuah kebetulan yang menghubungkan takdir. Setelah sempat berfoto dengan kamera polaroid milik Sensei dan bermain bersama Hiko-Chan (panggilan Hikari), aku dan temanku menuju asrama tempat tinggal mahasiswa Ferish.
Teman Sekamar temanku, seorang Taiwan bernama Kou, mahasiswi Sastra Jepang S2 yang sangat ramah. Dia ingin tahu tentang islam, dan temanku menjelaskan dengan senang hati. Yang menjadi perhatiannya adalah hal tentang daging babi yang diharamkan umat islam. Sahabatku memberinya sebuah buku tentang itu dalam bahasa Jepang, dan ia pun paham. Rasanya senang melihat ada orang asing yang mengagumi agama ini.
Aku, temanku, dan Kou, setelah makan malam ala Indonesia yang menyenangkan (pecel, ikan balado dimakan dengan tangan) pergi berjalan-jalan ke toko dekat asrama untuk mencari keperluan menyimpan soft lense yang kubutuhkan. Sebenarnya aku tak ingin menginap, tapi temanku dan Kou meminta, jadi dengan senang hati aku menginap.
Kami berjalan ke toko yang menjual makanan hewan, dan menertawakan banyak hal di sana. Mulai dari kue untuk anjing, air mineral, sampai wine untuk anjing. Tak habis pikir mengapa orang Jepang sangat menyayangi anjing sampai mau menguras kocek untuk hal-hal semacam ini, dan anjing tidak lagi disebut "Wan chan" karena kelucuannya, melainkan "O inu Sama" atau dalam bahasa Indonesia, "Yang Mulia Anjing" melihat kebnutuhannya yang lebih mewah dibanding manusia. (istilah ini dari Uchida Sensei)
Kami melihat-lihat kosmetik di toko yang ada tepat di bawah gedung asrama, bertanya ini dan itu tentang kosmetik Jepang pada Kou. Aku membeli keperluan, selain softlense juga make up dengan arahan dari Kou. Saat akan pulang ke asrama, kami bertemu dengan You, mahasiswi pertukaran dari Cina, dan kamu pun pulang bersama.
Kou sangat baik, kami disuguhi teh Taiwan yang berupa biji-bijian yang cukup diseduh dengan air, dan kue-kue, lalu menanyakan apa saja yang kubutuhkan, dan meminjamkan hair dryer padaku.
Kusyukuri pertemuan ini, sungguh tak akan pernah kulupakan orang sebaik Uchida Sensei, Kou, dan temanku.
Esoknya, seorang teman lagi datang ke kamar temanku, dia sekelas dengan temanku ini di universitas Gadjah Mada, kami makan bersama, juga Kou. Lalu aku harus pamit pulang, dan bertiga, aku dan dua temanku menuju ke stasiun Minami Makigahara.
Kami mampir ke Hard Off, tempat menjual barang bekas, apa saja bisa kau temukan di sana dengan kondisi dan harga bervariasi. Aku tertarik dengan sebuah piano seharga dua man yen alias dua juta rupiah, aku ingin membelinya, namun tak tahu bagaimana nanti membawanya pulang. Kami mengerumuni keranjang boneka bekas yang menjual boneka murah yang kelihatannya masih baru, temanku membeli beberapa, dan aku dibelikan satu boneka Snoopy yang lucu.
Sangat menyenangkan perjalananku ke Yokohama. Aku mendapatkan teman baru dan kehangatan.
merry, kok blognya ga pernah di update lagiii??
ReplyDeletesayang banget tuhh...
oh iya, ada award buat kamu. check out my blog yaa.. di http://poo-world-poo.blogspot.com/
thx.
miss U
wahahha. iya put. terlena oleh skripsi. ntar kuupdate lagi. masih ada Okinawa dan Koochi yang belum kutulis. aku juga akan intip blog mu. isine make up yaaaa hihihi
ReplyDelete